Rabu, 07 April 2010

SEPUTAR HATI


Imam Gazali dalam Ihya Ulumuddin membuat bab khusus yg membahas Keajaiban Hati (`Ajaib al Qalb). Menurut Al Gazali kemuliaan martabat manusia disebabkan krn kesiapannya mencapai makrifat kepada Allah, & hal itu dimungkinkan karena adanya hati. Dgn hati, manusia mengetahui Allah & mendekati Nya, sementara anggauta badan yg lain berfungsi sebagai pelayannya. Hubungan hati dgn anggauta badan dimisalkan Al Gazali seperti raja dengan rakyatnya, atau seorang tukang dgn alatnya pertukangannya. . Hubungan hati dgn angauta badan dipandang sebagai ilmu lahir, sementara akses hati ke alam langit (`alam al malakut) masuk kategori ilmu batin dimana didalamnya sarat dgn rahasia & keajaiban. Sahal at Tusturi menserupakan hati sebagai `arasy sementara dada merupakan kursiy, satu perumpamaan yg menggambarkan bahwa di dalam diri manusia seakan terdapat satu kerajaan tersendiri dimana hati bertindak sebagai raja.

Al Gazali mengatakan bahwa hati mempunyai dua unit tentara (junudun mujannadah), yaitu unit yg dpt dilihat dgn mata kepala & yg satu hanya dapat dilihat dgn mata hati. Yg pertama adalah anggauta badan, sedang yg kedua adalah daya2; daya penglihatan, daya pendengaran, daya hayal, daya ingat, daya fikir & daya hafal, yg bekerja dgn sistem yg sangat sophisticated & hanya Allah yg mengetahui hakikatnya. Dari kombinasi tentara lahir & batin itu dapat lahir kehendak (iradah), marah (ghodob), keinginan (syahwat),n pengetahuan (ilmu), & persepsi (idrak). Hati juga diibaratkan sebagai pesawat pemancar (dzauq) yg dpt menangkap sinnyal2 yg melintas. Kapasitas pesawat hati tiap orang berbeda-beda tergantung desain & baterainya.

Hati yg telah lama dilatih melalui proses riyadhah memiliki desain dgn kapasitas besar yg mampu menangkap sinyal yg jauh termasuk sinyal isyarat tentang masa yg akan datang. Hati seorang sufi bisa menangkap sinyal tentang prospek sesuatu (seperti penglihatan Nabi Khidir) sehingga kata2nya boleh jadi melawan arus atau tdk difahami oleh orang lain. dgn hatinya ia juga bisa berkomunikasi dgn orang lain yg berada di tempat lain atau di zaman yg lain, layaknya telpon genggam saja. Ketajaman hati juga diibaratkan sebagai
cermin (cermin hati). Orang yg bersih dari dosa, hatinya bagaikan cermin yg bening, yg begitu mudah untuk berkaca diri. Orang yg suka mengerjakan dosa2 kecil, hatinya buram bagaikan cermin yg terkena debu, jika digunakan kurang jelas hasilnya. Orang yg suka melakukan dosa besar, hatinya gelap bagaikan cermin yg tersiram cat hitam, dimana hanya sebagian kecil saja bagiannya yg dapat digunakan.

Sedangkan orang yg suka mencampuradukkan perbuatan baik dgn perbuatan dosa, hatainya kacau bagaikan cermin yg retak2, yg jika digunakan akan menghasilkan gambaran yg tdk benar. Hati yg sudah tumpul krn baterainya lemah seyogyanya diisi dgn stroom baru, yakni dgn melalui mujahadah & riyadlah. Ilmu sebagai produk intelektuil (akal) kebenarannya bersifat nisbi, antara `ilmal yaqin & `ainul yaqin, sedangkan ilmu sebagai produk hati atau qalb sebagai dzauq merupakan kebenaran hakiki (haqqul yaqin).
Sebagai penutup mari kita mencoba bercermin kepada hati kita masing2 agar kita juga tahu seberapa besar kapasitasnya. Kata Al Gazali orang yg tdk mengenal hati sendiri, pasti ia lebih tdk tahu lagi tentang hal lain. Wallohu a`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar